sumber: https://kominfo.go.id |
Menjelang
pemilihan umum (pemilu), tentunya berbagai cara dan strategi dilakukan oleh tim
sukses maupun simpatisan peserta pemilu.
Namun sangat disayangkan, terkadang cara dan strategi yang dilakukan
bukanlah suatu hal yang baik, terlebih untuk dijadikan proses pembelajaran bagi
masyarakat Indonesia dalam berdemokrasi. Tindakan-tindakan seperti ujaran
kebencian, menyerang pribadi lawan politik, dan menyebarkan berita bohong (hoax) merupakan beberapa contoh tindakan
tidak terpuji yang dilakukan peserta pemilu maupun simpatisan mereka.
Seiring
perkembangan zaman, teknologi pun kian berkembang. Perkembangan tersebut juga
berpengaruh pada bidang politik. Dalam bidang politik, adanya perkembangan
teknologi menuntut transformasi cara berkampanye para peserta pemilu. Kampanye
yang awalnya dilakukan secara konvensional, yakni dengan mendatangi masyarakat
secara langsung, memasang spanduk, baliho, dan poster, saat ini harus
menyesuaikan dengan perkembangan teknologi. Salah satu caranya adalah dengan
memanfaatkan media sosial dan portal surat kabar daring (online).
Pemanfaatan
media sosial dan portal surat kabar daring dalam berkampanye tentunya memiliki
beberapa keunggulan yang tidak diperoleh dengan berkampanye secara konvensional.
Peserta pemilu bisa menghemat biaya
sebab teknologi membuat pemilu lebih murah, misalnya peserta pemilu bisa
menghemat biaya operasional untuk mendatangi masyarakat ataupun memasang alat peraga
kampanye. Selain itu, dari segi waktu dan tenaga bisa lebih hemat sebab
penggunaan teknologi bisa dilakukan kapanpun dan di manapun.
Terlepas
dari keunggulan yang ada dari pemanfaat teknologi dalam berkampanye, terdapat
pula kekurangannya. Adanya media sosial terkadang membuat pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab menyebarkan berita bohong (hoax) untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya maupun kelompoknya. Kata
hoax sendiri berasal dari filsuf
Inggris Robert Nares, seperti dikutip dari brilio.net dari WikiWand, secara
etimologi, hoax berasal dari kata hocus yang berarti menipu[1].
Penyebaran berita hoax dalam kampanye
dilakukan dikarenakan penyebaran berita hoax
dapat dilakukan dengan mudah dan efektif dalam mempengaruhi masyarakat.
Mudahnya
tersebar berita hoax juga disebabkan
rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia sehingga masyarakat akan mudah
percaya terhadap judul berita hoax
yang pada umumnya cukup menarik perhatian. Dikutip dari pikiran-rakyat.com, berdasarkan
studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central
Connecticut State Univesity pada 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki
peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di
bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).[2]
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia membuat berita hoax diterima begitu saja, sebab masyakarat enggan untuk
memverifikasi kebenaran berita tersebut. Terlebih jika berita tersebut disukai
oleh mereka dikarenakan berita tersebut menguntungkan calon atau peserta pemilu
yang mereka dukung, maka kemungkinan besar berita tersebut akan langsung
disebar.
Jika
penyebaran berita hoax tidak segera
dibendung, dikhawatirkan hal tersebut dapat membuat perpecahan di kalangan
masyarakat. Salah satu cara untuk membendung berita hoax adalah dengan melakukan tabayyun.
Dikutip dari wajibbaca.com, pengertian tabayyun
terbagi menjadi dua, yakni secara bahasa dan istilah. Secara bahasa tabayyun berarti mencari kejelasan
tentang sesuatu hingga jelas dan benar keadaan sesungguhnya. Sedangkan secara
istilah tabayyun berarti meneliti dan
menyeleksi suatu berita, tidak secara tergesa-gesa dalam memutuskan suatu
permasalahan baik dalam perkara hukum, kebijakan dan sebaginya hingga sampai
jelas benar permasalahnnya, sehingga tidak ada pihak yang merasa terdzolimi
atau tersakiti.[3]
Tabayyun
sendiri memang merupakan istilah dari Bahasa Arab. Namun dilihat dari maknanya,
istilah tersebut bisa diterapkan dalam konteks saat ini, terutama dalam
membendung berita-berita bohong (hoax).
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dengan cara tabayyun dalam rangka membendung berita hoax.
Pertama,
jangan mudah percaya terhadap judul yang menarik. Terkadang berita-berita hoax selalu disertai judul-judul yang
menarik, bahkan tak jarang provokatif. Hal ini dilakukan agar pembaca memiliki
rasa ingin tahu terhadap isi berita tersebut. Bahkan tak jarang pembaca berita
hanya melihat judul saja, lalu menyebarkan berita hoax tersebut tanpa membaca sampai tuntas berita tersebut. Dalam
hal ini disarankan
Kedua,
selalu cek sumber berita. Tidak jarang suatu berita hoax berasal dari sumber yang tidak kredibel. Berita-berita hoax yang beredar umumnya jarang
disertai sumber-sumber asal berita tersebut. Kalaupun ada sumber yang tertera,
sering kali disebut berasal dari seorang tokoh, pakar, atau ahli dalam hal
tertentu yang mana bila dicari pada mesin pencarian google tidak pernah tokoh,
pakar, atau ahli tersebut mengatakan hal yang diberitakan pada berita hoax yang beredar. Dengan kata lain, si
pembuat berita mencatut nama tokoh, pakar, atau ahli dengan harapan masyarakat
langsung mempercayai berita tersebut. Jika sumber berita berasal dari suatu
instansi atau situs website,
disarankan untuk jangan mudah percaya. Buka langsung situs resmi instansi
terkait atau website yang disebutkan
karena hal tersebut dilakukan agar masyarakat langsung percaya ketika
disebutkan suatu instansi atau website
sebagai sumber berita.
Ketiga,
selalu cek keaslian foto. Berita-berita hoax
memang sering kali muncul dengan memberikan foto disertai beberapa kalimat atau
paragraf yang menerangkan foto tersebut. Namun seringkali pula keterangan pada
foto-foto tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Bahkan tak jarang terdapat
foto yang dimanipulasi dengan tujuan mengarahkan opini masyarakat untuk
kepentingan tertentu. Untuk itu, ada langkah jitu untuk mengatasinya yakni
dengan menyeret foto tersebut kepada mesin pencari google. Maka dengan otomatis
akan langsung dapat diketahui keterangan asli mengenai foto tersebut, disertai
juga sumber asal foto tersebut.
Keempat,
selalu skeptis terhadap segala macam informasi belum tentu benar. Dalam
mengatasi hoax terutama dengan tabayyun, sifat skeptis diperlukan agar
tidak mudah terpengaruh oleh berita-berita hoax.
Skeptis sendiri berarti tidak percaya terhadap suatu sesuatu yang belum pasti
kebenarannya. Langkah yang dilakukan adalah dengan mengecek berita yang diduga hoax kepada beberapa sumber, bisa dari
media televisi, internet, atau mengkonfirmasi secara langsung berita yang
diperoleh tersebut.
Kelima,
mengikuti media sosial yang mengungkapkan berita-berita hoax. Langkah ini
dilakukan agar mempunyai referensi mengenai berita apa saja yang beredar di
masyarakat namun terbukti bohong. Ada berbagai platform media sosial yang menyediakan akun-akun anti-hoax seperti instagram atau twitter.
Sering kali akun-akun tersebut juga menyertakan berita yang sebenarnya terjadi
atau mengklarifikasi foto-foto yang ada pada berita hoax.
Itulah
beberapa langkah tabayyun yang dapat
dilakukan dalam rangka mengatasi hoax.
Saat ini berita hoax memang mudah
tersebar, terlebih pada musim-musim politik seperti tahun 2019 ini banyak pihak
yang memanfaatkan berita hoax untuk
keuntungan pribadi atau kelompoknya. Namun dengan cara yang jitu, berita hoax bisa diatasi dengan baik.
[1] https://www.brilio.net/life/ini-asal-usul-kata-hoax-dan-bagaimana-bisa-dikenal-banyak-orang-150520l.html#
diakses pada 10 Februari 2019 pukul 14.08 WIB.
[2] https://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2017/03/17/soal-minat-baca-indonesia-peringkat-60-dari-61-negara-396477
diakses pada 10 Februari 2019 pukul 14.10 WIB.
[3] http://www.wajibbaca.com/2018/05/tabayyun-adalah.html
diakses pada 10 Februari 2019 pukul 18.09 WIB.