Rabu, 01 Februari 2017

Review Film Istirahatlah Kata-Kata



Film ini bercerita tentang kehidupan Wiji Tukul, seorang sastrawan dan aktivis hak asasi manusia, selama menjadi buronan rezim Orde Baru. Secara pribadi, saya menganjurkan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menonton film ini. Mengapa? Pertama, film ini sarat akan pesan moral, khususnya bagi generasi muda yang akan memimpin bangsa ini. Kedua, agar masyarakat dapat mengetahui sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah kelam bangsa Indonesia yang selama ini selalu ditutup-tutupi rezim penguasa. Dan yang terakhir, menonton film ini secara langsung di bioskop berarti mendukung kemajuan film Indonesia.

Pada awal film, akan terasa membingungkan bagi orang yang sebelumnya tidak membaca atau mencari tahu siapa Wiji Tukul, bagaimana rekam jejaknya, dan mengapa beliau vokal menentang rezim Orde Baru, dikarena film ini tidak menampilkan kehidupan Wiji Tukul sebelum menjadi buronan.

Dari awal sampai pertengahan, banyak pula puisi-puisi karya beliau yang dibacakan, dan sedikit dialog. Namun saya rasa, hal ini yang membuat film ini bukan sekedar film biasa, karena ada pesan yang ingin disampaikan. Walaupun dialognya sedikit, namun secara garis besar saya bisa menangkap jalan ceritanya. Kecemasan dan keresahan Wiji Tukul selama menjadi buronan menjadi poin utama. Hanya saja adegan pengejarannya tidak ditampilkan.

Selain itu, agar tidak menyinggung pihak manapun, film ini tidak menampilkan secara detail bagaimana Wiji Tukul dikejar, siapa yang mengejarnya, dan siapa yang memerintahkannya. Film ini menceritakan ke mana saja beliau bersembunyi, bagaimana caranya bertahan hidup, siapa saja orang yang membantunya.

Meskipun bukan film dengan budget besar, namun film ini berhasil memukau para penonton. Terbukti ketika saya nonton film ini, setelah film berakhir para penonton langsung bertepuk tangan untuk mengapresiasi karya anak bangsa ini.  Dilansir dari laman pikiran rakyat, sebelum diputar di Indonesia, sejak Agustus 2016 film ini lebih dulu tayang di sejumlah festival luar negeri seperti Festival del Film Locarno, Swiss; The Pacific Meridian International Film Festival, Vladivostok, Rusia; Filmfest Hamburg, Jerman; Festival Des 3 Contines, Prancis; International Film Festival Rotterdam, Belanda, dan lain-lain.

Kesimpulannya saya sangat puas bisa menonton film ini secara langsung dan sangat direkomendasikan. Bila diperkenankan memberi penilaian, maka saya memberikan rating 8/10 untuk film ini.

Sekian review dari saya selaku penikmat film.
Previous Post
Next Post

0 komentar: