Senin, 14 September 2015

Prabu Unpad Hari ke 3


Di hari ke 3 ini, acaranya menurut gue seru banget dan bakal nyesel kalo dilewatkan. Berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini para maba tidak berkumpul di GOR Jati melainkan para maba langsung berkumpul di prodi / jurusan yang telah diberitahukan pada hari sebelumnya. Kebetulan gue dapet prodi Teknologi Industri bagian dari Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP).

Jam 7 pagi gue kumpul sama temen-temen yang lainnya di gedung FTIP. Setelah itu para maba diabsen kurang lebih 15-20 menit. Setelah pengabsenan kita diberi tahu tentang agenda pada hari ini yaitu kita bakalan mengunjungi salah satu desa di sekitar Unpad. Kebetulan gue kebagian Desa Cipacing. Lokasinya lumayan jauh tapi untungnya kita disediakan transportasi yaitu Truk untuk laki-laki dan mobil untuk perempuan. Di sini kadang saya merasa sedih.


Jam 8 pagi kita berangkat dari Unpad. Kalau naik kendaraan menurut gue ga terlalu jauh, kurang lebih 20 menit udah sampe di lokasi. Lokasi Desa ini ada di selatan Unpad deket tol Cileunyi. Desa ini terkenal sebagai desa pengrajin, hasilnya seperti pisau, kerajinan, senapan angin, dll. Tapi hal yang sangat ironi adalah meskipun produk yang dihasilkan sudah dipasarkan sampai ke berbagai daerah di Indonesia, sebut saja Jakarta, Kalimantan, Sumatera dan Bali tapi kondisi ekonomi para pengrajin di sini masih jauh dari kemakmuran.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sederhana dan jawaban yang cukup masuk akal, karena sebagian besar keuntungan dari produk tersebut hanya dapat dinikmati oleh para tengkulak / middleman. Selain tempat peralatan dan kerajinan, terdapat juga pabrik kerupuk black dan brownies berbasis home industry. Harga produk di desa ini terbilang sangat murah. Harga pastinya gue agak lupa. Yang gue inget untuk satu kotak brownies harganya Rp. 12.000,- Pisau untuk yang kecil kalo ga salah Rp. 60.000 untuk satu kodi. Yang paling gila senapan angin Rp. 350.000 (harga yang dijual ke tengkulak) tapi kalo udah masuk toko harganya jadi Rp. 1jt – Rp. 2jt, dari situ kita bisa tau seberapa besar untung dari para tengkulak ini.

Masalah yang terbesar dari peristiwa tersebut adalah para pengrajin tidak bisa memasarkan sendiri produk mereka. Pernah dulu mereka membuat koperasi namun uang koperasi tersebut disalahgunakan oleh para pengelola sehingga membuat para pengrajin ini trauma untuk membuat koperasi lagi. Selain itu mereka juga minim sekali terhadap penguasaan teknologi yang padahal bisa membantu mereka memasarkan produknya.

Setelah berkeliling desa, jam 12 siang para maba berkumpul di balai warga untuk makan siang. Hal yang paling gue seneng dari prodi Teknologi Industri ini adalah mereka membeli konsumsi semuanya dari masyarakat sekitar. Seperti lotek, baso, gorengan, rujak. Setelah makan kita semua sempat berbincang-bincang dengan tokoh setempat. Dari hari ketiga ini gue merasa bersyukur banget bisa ikut dan dapet pengalaman yang sangat berharga, terutama untuk lebih peduli lagi terhadap lingkungan sekitar kita yang masih banyak membutuhkan bantuan.


Berikut beberapa gambar yang berhasil gue ambil : 
Pembuat Kerupuk
Pabrik Kerupuk

Pembuat Pisau
Pembuat Pisau


Pembuat Pisau
Pembuat Pisau

Pembuat Brownies
Pembuat Brownies



Previous Post
Next Post

0 komentar: